![]() |
Dr. Elinda Rizkasari.,S.Pd.,M.Pd, Dosen prodi PGSD Unisri Surakarta, Jumat (4/4/2025)/Liputanesia/Dok. Liputanesia. |
Dalam istilah jawa fenomena “Tantrum” disebut dengan kesetanan pada anak, kenapa disebut dengan kesetanan pada anak? Hal ini dikarenakan perilaku anak yang mengamuk tidak terkonrol bahkan memberontak seperti kesetanan dan tak terkendali.
Menurut teori Kesehatan anak tahun (2024) pengertian Tantrum merupakan kondisi saat seorang anak menunjukkan ledakan kemarahan dan frustrasi yang tidak terkendali. Tantrum dapat berupa teriakan, tendangan, atau berguling di lantai.
Tantrum dapat datang dalam berbagai bentuk, sehingga setiap anak mungkin mengalami satu jenis. Anak-anak kemudian dapat menunjukkan ekspresi emosi mereka dengan berteriak histeris, menahan napas, muntah, memecahkan barang, melukai diri sendiri atau orang lain, atau bahkan melengkungkan punggungnya.
Tentunya masalah ini merupakan suatu hal yang wajar apabila kondisi tantrum masih bisa dikendalikan serta tidak terjadi sering. Karena kondisi ini dianggap normal, orang tua tidak perlu khawatir atau panik. Orang tua harus tahu jenis tantrum yang terjadi pada anak mereka karena tantrum dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori.
Meskipun tantrum adalah hal yang wajar, orang tua tidak boleh membiarkan anaknya pergi ketika sudah melewati batas. Jangan biarkan anak-anak menggunakan tantrum sebagai cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Usia empat tahun adalah usia ideal untuk anak mengalami tantrum.
Kondisi tantrum, yang dikenal sebagai amukan, dapat menunjukkan gejala seperti rengekan dan tangisan hingga teriakan, tendangan, pukulan, dan menahan napas.
Amukan sama-sama sering terjadi pada laki-laki dan perempuan, dan biasanya terjadi antara satu tahun dan tiga tahun. Anak-anak tertentu mungkin mengamuk dengan lebih sering daripada yang lainnya. Amukan adalah hal normal dalam perkembangan anak.
Pada kondisi tersebut bagi orang tua harus mengerti bagaimana mengatasi anak pada tantrum, penanganan yang kurang tepat akan membuat anak akan semakin menjadi-jadi dikemudian hari.
Mayoritas Orang tua apabila melihat anaknya mengalami tantrum mengamuk hal pertama adalah langsung menuruti apa yang diminta oleh si anak, sehingga hal ini akan membuat sang anak menjadi “kecanduan” mempunyai senjata apabila keinginannya tidak dituruti maka akan melakukan hal yang sama dengan tantrum dan mengamuk.
Menurut Penelitian dari Putri tahun 2023 salah satu penyebab Tantrum pada anak dari faktor eksternal yang paling terbesar adalah penggunaan Gadget serta screen time handphone secara berlebihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,5% anak balita yang memiliki ibu bekerja cenderung akan mengalami ketergantungan terhadap penggunaan gadget.
Data ini juga didukung oleh penelitian yang diterbitkan oleh American Academy of Pediatrics yang menunjukkan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu bermain perangkat elektronik cenderung memiliki keterampilan kognitif yang lebih buruk, seperti berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Terus bagaimana penanganan yang tepat bagi anak yang mengalami tantrum? Langkah pertama yang harus dilakukan ketika anak mengalami tantrum adalah kita cari terlebih dahulu penyebab si anak sering mengalami tatrum, apakah penyebabnya karena faktor yang lain seperti penggunaan gadget yang berlebihan ataukah yang lainnya.
Kemudian pastikan anak Tantrum pada lingkungan yang aman, jangan biarkan anak mengalami tantrum dilingkungan yang berbahaya seperti dipinggir jalan raya, didekat kolam renang, di Laut, sedang naik kendaraan, baru menelan makan dan lain – lain.
Pastikan anak aman dari lingkungan sekitarnya. Kemudian berikan waktu anak untuk meluapkan ekspresinya sampai selesai, setelah tantrum anak selesai kemudian ajak bicara si anak dengan lembut kemudian beri pelukan anak.
Kasus terbaru terjadi pada tanggal 14 Agustus 2024 di jalan di Guangdong, China Daratan dimana seorang anak yang sedang tantrum dipinggir jalan raya dibiarkan oleh orang tuanya serta mengamuk berguling – guling di jalan raya, al hasil sang anak di tabrak oleh sebuah mobil yang tidak ada seorang anak yang sedang tantrum.
Kejadian dimulai dengan ibu dan putranya yang tampak berjalan menyeberang jalan di dekat persimpangan jalan raya. Anak itu tampak mengamuk, tampak menolak untuk berjalan dan membuat tubuhnya lemas saat ibunya mencoba mengangkatnya agar bisa berjalan.
Karena frustrasi, sang ibu melepaskan putranya, meninggalkannya di tengah jalan sambil marah-marah. Sang ibu terlihat memarahi putranya sambil berjalan ke sisi jalan. Ia terus berjalan menjauh dan memarahi putranya bahkan saat sebuah mobil hitam terlihat berbelok ke jalan. Anak itu tidak bergerak dan tetap datar di tanah.
Beberapa detik kemudian, mobil hitam itu bergerak ke jalur tempat anak itu berbaring. Tidak jelas apakah pengemudi melihat anak itu. Anak laki-laki itu tidak bergerak bahkan saat mobil itu berbelok ke samping. Roda depan kiri mobil itu nyaris mengenai kepala anak itu.
Namun, roda belakang sebelah kiri menabrak kepala anak itu. Setelah kejadian itu, anak itu terlihat memegangi kepalanya sambil berguling-guling, tampak kesakitan, saat ibunya berlari kembali untuk memeriksanya.
Tentunya kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi orang tua supaya tidak membiarkan anak Tantrum di tempat yang berbahaya. Terkadang pengetahuan orang tua yang kurang terhadap penanganan Tantrum pada anak bisa membahayakan nyawa bagi si Anak.
Hal yang terpenting yang harus diperhatikan orang tua lainnya adalah jangan pernah membentak anak dengan nada yang keras ketika anak mengalami tantrum. Studi menunjukkan bahwa lebih dari sepuluh trilyun sel otak siap tumbuh ada di kepala setiap anak.
Namun, satu kata-kata kasar, makian, atau bentakan kepada anak kecil akan sangat fatal serta mematikan sel otak tersebut.
Kunci utama yang perlu diingat adalah ‘tetap tenang’ ketika menghadapi anak yang tantrum, hal ini dikarenakan ketika orang tua panik maka akan menambah kebingungan serta penanganan yang salah pada anak.
Hal ini tidak akan membuat anak menjadi semakin tenang tetapi malah akan membuat anak menjadi lebih tantrum serta mengamuk. Kekerasan pada anak tantrum ditempat umum juga akan membuat anak menjadi trauma seumur hidup.
Penulis: Dr. Elinda Rizkasari.,S.Pd.,M.Pd
Dosen prodi PGSD Unisri Surakarta