Iklan

Iklan 970x250

,

Iklan

Pilu Honor Perangkat Pertandingan PSSI Aceh Liga 3 dan Soeratin Belum Dibayar Hampir 1 Tahun

Redaksi
18 Jan 2025, 22:27 WIB Last Updated 2025-01-18T16:17:13Z
Para wasit yang tergabung dalam Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Aceh, Foto diambil pada hari Sabtu (9/11/2024)/Liputanesia.co.id/Dok. Ist.

Aceh - Para perangkat pertandingan yang tergabung dalam Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Aceh mengungkapkan nasib honor mereka yang tak kunjung dibayar selama satu tahun terakhir, atau selama musim Liga 3 Aceh pada musim 2023-2024 dan Soeratin 2024-2025 pada awak media.

Hal itu diperkirakan akan berdampak buruk pada pertandingan bola liga 4 pada pertengahan Januari 2025 yang akan berlangsung di Kota Sabang dan Kota Langsa.

Dikarenakan para wasit yang tergabung dalam perangkat pertandingan Asprov PSSI Aceh, kabarnya akan memboikot untuk tidak ikut pada kompetisi tersebut.

Seorang Wasit, Gafar, mengungkapkan kekecewaannya atas sikap Asprov PSSI Aceh yang tidak segera menyelesaikan pembayaran honor mereka yang berjumlah 58 perangkat pertandingan, yang terdiri dari Penilai Wasit (PW), Pengawas Pertandingan (PP), Wasit dan Asisten Wasit yang terlibat dalam Liga 3 Aceh pada musim 2023-2024 dan Soeratin 2024-2025 lalu.

“Kami sudah menunggu satu tahun, namun hingga kini honor kami belum juga dibayarkan. Kami selalu diberi jawaban yang sama, disuruh sabar. Padahal kami sudah melakukan tugas kami dengan profesional,” jelas Gafar, melalui seluler, kepada wartawan, Sabtu (18/01/2025).

Hal senada juga disampaikan Zulfikar Daud, seorang Penilai Wasit (PW) lainnya, yang menilai ada unsur ketidakadilan dalam perlakuan terhadap wasit di Aceh.

“Liga 3 diikuti oleh 25 klub, dan setiap klub membayar biaya sekitar Rp 10 juta. Seharusnya dengan dana yang terkumpul sekitar Rp 250 juta, ditambah Rp 300 juta bantuan dari PSSI Pusat per tahunnya dapat dibayarkan honor untuk perangkat pertandingan seperti kami,” ungkap Zulfikar.

Ia juga mengkritik kelambanan Asprov PSSI Aceh dalam memberikan jawaban yang jelas tentang masalah tersebut.

Sementara itu, Asisten Wasit, Muhammad Deni Pramana, menyampaikan rasa kesal dan kecewa karena mereka sebagai wasit sering kali harus meminjam uang untuk biaya transportasi dan kehidupan sehari-hari selama bertugas.

“Kami menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, namun justru kami yang harus menanggung beban biaya sendiri. Kami merasa hak kami tidak dihargai. Ini bentuk penzaliman PSSI Aceh kepada kami,” tegas Deni.

Ia menyatakan, keputusan mereka untuk memboikot Liga 4 merupakan satu langkah yang diambil setelah berbagai upaya meminta pembayaran yang tidak kunjung membuahkan hasil.

Mereka sepakat, langkah boikot merupakan bentuk protes mereka terhadap ketidakadilan yang mereka rasakan. Mereka juga berencana melaporkan masalah ini ke Aparat Penegak Hukum (APH) dan menempuh jalur hukum jika Asprov PSSI Aceh tidak segera menyelesaikan masalah honor yang tertunda.

“Kami sudah cukup sabar. Jika masalah ini tidak segera diselesaikan, kami akan mengambil langkah hukum,” pungkas Deni.

Para wasit ini menuntut agar Asprov PSSI Aceh segera memenuhi kewajiban mereka dan membayar honor yang seharusnya mereka terima sebagai bagian dari tugas yang telah dijalankan. Jika tidak, mereka akan melanjutkan aksi boikot yang sudah diputuskan bersama.

Di sisi lain, Anggota Esko Bidang Kompetisi Asprov PSSI Aceh Muslim SE, yang akrab disapa Keuchik Lem, membenarkan adanya pernyataan dari para wasit yang mengancam akan memboikot Liga 4. Keuchik Lem menjelaskan bahwa dirinya hanya bertugas sebagai pelaksana dalam pertandingan, namun tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan.

"Pelaksanaan pertandingan sudah selesai, namun saya tidak punya kewenangan dalam hal keuangan," ungkap Keuchik Lem pada awak media secara terpisah.

Meskipun demikian, Keuchik Lem mengungkapkan bahwa dirinya telah beberapa kali menghubungi Sekretaris Umum (Sekum) Asprov PSSI Aceh untuk membahas penyelesaian honor perangkat pertandingan. Namun, jawaban yang diterimanya selalu menunggu karena adanya kendala terkait ketidaktersediaan dana.

“Sudah beberapa kali saya menghubungi Sekum, namun jawabannya selalu untuk menunggu karena belum ada dana,” demikian Keuchik Lem. []

Iklan