Sehari-hari, Mohammad Sarip bekerja sebagai tukang bengkel dengan penghasilan kurang dari satu setengah juta rupiah per bulan, yang bergantung pada jumlah motor yang dapat ia perbaiki setiap harinya. Sarip telah menjalani pekerjaan ini selama 21 tahun, yang menjadi tumpuan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan pendidikan kedua anaknya. Sementara itu, Yayuk, sang istri, adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang mengurus keluarga dan rumah tangga.
Meski berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, Damar telah menunjukkan berbagai prestasi dan talenta yang membanggakan. Selama masa SMP dan SMA, Damar meraih berbagai prestasi dan penghargaan hingga tingkat nasional, termasuk dalam lomba menyanyi, lomba macapat (tembang Jawa), lomba menggambar, lomba desain poster, dan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
Tak hanya berprestasi dalam bidang non-akademik, Damar juga aktif dalam organisasi sekolah. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Ketua Majelis Perwakilan Kelas (MPK).
Damar telah bercita-cita melanjutkan pendidikan di Program Studi (Prodi) Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sejak SMP, terutama setelah melihat bagaimana seorang dokter dapat membantu menyembuhkan pasien. Cita-citanya semakin kuat setiap kali ia mengantar ibunya untuk kontrol kesehatan di rumah sakit.
Menjelang kelulusan dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, Damar mendaftar ke Prodi Kedokteran di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Keberuntungan berpihak padanya, ia diterima di prodi yang sangat diminati oleh calon mahasiswa di seluruh Indonesia. "Saya bersyukur bisa diterima," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu 28 Juli 2024.
Namun, saat menunggu pengumuman biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT), Damar merasa khawatir mengingat kondisi ekonomi keluarganya yang sulit. Dia pesimis bisa membayar kebutuhan kuliah, mengingat biaya di Fakultas Kedokteran yang tinggi. "UKT di kedokteran mahal," katanya.
Namun, berkat doa orang tua, motivasi dan kegigihannya, Damar bersama keluarganya merasa sangat bersyukur setelah mendapatkan kabar bahwa ia memperoleh Beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen dari UGM, yang membebaskannya dari biaya kuliah.
Yayuk sangat bersyukur, mengetahui bahwa impian Damar sejak kecil untuk kuliah di kedokteran UGM akhirnya tercapai. "Sebagai seorang ibu, saya sangat mendukung keinginan anak untuk melanjutkan pendidikannya setinggi mungkin," katanya.
Bagi Yayuk, pendidikan adalah prioritas utama yang harus diperjuangkan, terutama dengan kondisi ekonomi keluarga mereka. "Anak harus lebih baik dari orang tuanya," tambahnya.
Melihat keberhasilan Damar, Yayuk teringat bagaimana kegigihan anaknya sejak kecil hingga kini selalu ingin berprestasi baik di dalam maupun di luar kelas. Meskipun begitu, Yayuk selalu mengingatkan Damar untuk tetap rendah hati dan ingat asal usulnya. "Jadi apa pun kelak, anak kami harus tetap rendah hati," pesannya.
(Rio Ardian)