![]() |
Faiza Rayyana Zhafira, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas/Liputanesia/Dok.Ist. |
Media digital memiliki banyak manfaat, tetapi anak-anak seringkali tidak benar-benar memahami bagaimana menggunakannya untuk diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat dan alami saat menggunakan media digital.
Mereka menganggap media digital sebagai tempat untuk bersenang-senang dan bermain, tanpa mengetahui apakah tindakan yang mereka lakukan baik atau buruk. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami secara menyeluruh bagaimana anak-anak menggunakan media digital dan bagaimana hal itu berdampak pada mereka. (Daniel Ananto, 2017)
Orang tua sering kali melihat media digital sebagai sumber pengaruh negatif bagi anak-anak mereka, terutama ketika perilaku dan sikap anak berubah. Namun, konten media digital tidak selalu buruk, tetapi bagaimana anak-anak menggunakannya.
Penggunaan media digital yang tidak bertanggung jawab dapat membahayakan anak dan lingkungan mereka. Oleh karena itu, peran keluarga sebagai pendamping terdekat anak sangat penting untuk mengajarkan mereka cara yang benar untuk menggunakan media digital setiap hari. (Pradekso, 2014)
Beberapa orang tua hanya dapat memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka. Sementara itu, orang tua lainnya mungkin hanya dapat menegur anak-anak mereka jika mengetahui perilaku tidak etis mereka di media digital, seperti yang diungkapkan oleh Marta dalam wawancara pribadi pada tanggal yang sama. Meskipun demikian, kedua pendekatan tersebut tetap memiliki keterbatasan dalam membantu anak-anak menghadapi tantangan yang muncul dari penggunaan media digital.
Kurangnya pengalaman dengan media digital membuat orang tua sering merasa kehilangan kendali dalam mengawasi dan menanamkan nilai-nilai pada anak-anak mereka. Karena anak-anak sulit terlibat langsung dengan media digital, sehingga sulit bagi orang tua untuk memahami perilaku anak-anak mereka di dunia digital.
Akibatnya, mereka mungkin putus asa dan membiarkan anak-anak mereka bermain sendiri, meskipun tetap khawatir tentang pengaruhnya. Kampanye komunikasi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya perhatian terhadap konsumsi media anak. Dengan memberikan informasi yang tepat dan mendidik, diharapkan para orang tua dapat lebih sadar akan dampak media terhadap anak-anak mereka dan menerapkan praktik yang lebih baik dalam mengelola penggunaan media di rumah.
Media sosial berdampak besar pada pola pikir anak usia dini karena kecenderungan mereka yang ingin tahu dan cepat mempelajari dunia sekitar. Media sosial memiliki manfaat bagi anak-anak, seperti konten edukatif yang menarik dan menarik, tetapi orang tua harus tetap mengawasi anak-anak menggunakannya.
Dengan internet, anak-anak dapat belajar kapan pun dan di mana pun mereka mau. Penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa konten yang mereka akses memenuhi nilai dan kualitas yang diinginkan anak-anak. Dalam hal ini, orang tua harus mendampingi dan membimbing anak agar perkembangan mereka tetap terkendali saat mereka menggunakan media sosial untuk belajar. (Maya Liani Siswanto, 2022)
Paparan berlebihan terhadap media, terutama konten yang tidak sesuai usia, dapat mengganggu perkembangan kognitif anak, termasuk kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Konten media yang mengandung kekerasan, ketakutan, atau ketegangan dapat memengaruhi emosi anak dan meningkatkan risiko gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi.
Anak-anak yang terpapar terlalu banyak kepada media yang mengandung kekerasan atau perilaku yang tidak pantas dapat meniru perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka begitupun sebaliknya.
Kemudian Paparan terlalu banyak terhadap media sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur anak, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kesehatan fisik dan perkembangan mereka.
Pada kasus (Daniel Ananto, 2017) Seorang murid kelas 6 SD bernama Rizal Satria, mengungkapkan bahwa ia memiliki pemahaman yang lebih baik tentang media digital daripada kedua orang tuanya. Ia sering menggunakan media sosial seperti BBM dan Instagram untuk memamerkan dirinya kepada teman-temannya.
Rizal mengaku bahwa ia sering terpengaruh dengan apa yang dilihatnya di media digital hanya demi terlihat keren di depan teman-temannya. Baginya, gadget merupakan sesuatu yang bersifat pribadi dan ia tidak ingin orang tuanya mengetahui aktivitasnya di media sosial.
Bahkan, ketika orang tuanya mencoba memeriksa gadgetnya, Rizal telah menyiapkan sandi yang sulit dan terkadang menghindar dengan alasan ingin bermain. Sahabat Rizal, Adit, juga mengungkapkan bahwa ia sering membuka konten yang dilarang oleh orang tuanya karena penasaran.
Baginya, hal tersebut adalah hal yang biasa dilakukan oleh teman sebayanya, sehingga ia tidak merasa ada alasan untuk tidak melakukannya. Dari situasi ini, terlihat bahwa orang tua belum menyadari pentingnya memberikan pendidikan etika penggunaan media digital kepada anak sejak dini.
Meskipun kehadiran media digital dalam kehidupan anak tidak dapat dihindari, namun dengan pendidikan etika tersebut, anak akan mampu mengendalikan diri dan tidak mudah terpengaruh oleh hal negatif di media digital.
Mereka akan menjadi lebih bijaksana dalam menggunakan media digital, terutama ketika mereka mulai menggunakan media tersebut secara bebas sebagai alat komunikasi sehari-hari. (Daniel Ananto, 2017)
Orang tua cenderung khawatir terhadap pengaruh negatif media digital pada anak-anak mereka. Namun, mereka sering kali hanya memberikan larangan tanpa memberikan pemahaman tentang nilai-nilai etika yang sebenarnya.
Hal ini justru membuat anak-anak semakin penasaran dan mungkin melanggar larangan tersebut. Kampanye sosial "Celoteh Digital" bertujuan untuk menciptakan komunikasi dua arah yang bersahabat antara orang tua dan anak dalam menghadapi penggunaan media digital. Tujuan kampanye adalah:
- Membuat Orang Tua Memahami Pentingnya Komunikasi Dua Arah yang Asik: Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi orang tua tentang pentingnya berkomunikasi secara aktif dengan anak mereka tentang media digital. Melalui komunikasi dua arah yang asik, orang tua dapat lebih mudah memasukkan nilai-nilai etika penggunaan media digital kepada anak mereka.
- Menanamkan Kebiasaan Mendampingi Anak Bermedia Digital: Kampanye ini juga bertujuan untuk menanamkan kebiasaan kepada orang tua untuk selalu mendampingi anak-anak mereka saat berinteraksi dengan media digital. Dengan demikian, etika penggunaan media digital anak dapat terjaga dengan lebih baik.
Pesan ajakan kepada orang tua difokuskan pada pentingnya membangun komunikasi yang menyenangkan dan memperkuat hubungan dengan anak, daripada hanya memberikan larangan. Gaya penyampaian pesan visual dalam kampanye ini mengadopsi bahasa sehari-hari yang akrab dan mudah dipahami, khususnya dalam konteks percakapan ibu-ibu masa kini yang sederhana namun relevan.
Dalam kampanye ini, penentuan media didasarkan pada metode AISAS, yang dipilih untuk memastikan pesan disampaikan secara efektif kepada target audiens melalui berbagai media yang terintegrasi. Metode ini membantu memudahkan penerimaan pesan oleh orang tua dengan memperhitungkan preferensi dan kebutuhan komunikasi mereka.
Kemudian contoh kasus lain yang telah dilakukan dalam bidang public relations terkait dengan kampanye komunikasi adalah perancangan dan pelaksanaan kampanye "Maridong (Mari Mendongeng)" bagi orang tua di Surabaya.
Kampanye ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada orang tua akan pentingnya budaya mendongeng bagi anak-anak. Dalam kampanye ini, strategi yang digunakan meliputi penyampaian pesan melalui media dan event yang informatif dan persuasif, serta penggunaan objek-objek yang berkaitan dengan dongeng dalam strategi visual untuk menarik perhatian dan menyampaikan pesan kepada orang tua agar mereka terdorong untuk mendongeng bagi anak-anak mereka.
(Debora Okdila Santoso, 2013) Melalui pendidikan etika penggunaan media digital, orang tua dapat membantu anak-anak memahami bagaimana menggunakan media secara bertanggung jawab dan memaksimalkan manfaatnya. Komunikasi dua arah yang asik antara orang tua dan anak juga menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak di era digital ini.
Dengan berbagai kampanye komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman orang tua, diharapkan akan terjadi perubahan positif dalam cara orang tua mendampingi anak-anak mereka dalam menggunakan media digital.
Dalam kampanye ini, penentuan media didasarkan pada metode AISAS, yang dipilih untuk memastikan pesan disampaikan secara efektif kepada target audiens melalui berbagai media yang terintegrasi. Metode ini membantu memudahkan penerimaan pesan oleh orang tua dengan memperhitungkan preferensi dan kebutuhan komunikasi mereka.
Kemudian contoh kasus lain yang telah dilakukan dalam bidang public relations terkait dengan kampanye komunikasi adalah perancangan dan pelaksanaan kampanye "Maridong (Mari Mendongeng)" bagi orang tua di Surabaya.
Kampanye ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada orang tua akan pentingnya budaya mendongeng bagi anak-anak. Dalam kampanye ini, strategi yang digunakan meliputi penyampaian pesan melalui media dan event yang informatif dan persuasif, serta penggunaan objek-objek yang berkaitan dengan dongeng dalam strategi visual untuk menarik perhatian dan menyampaikan pesan kepada orang tua agar mereka terdorong untuk mendongeng bagi anak-anak mereka.
(Debora Okdila Santoso, 2013) Melalui pendidikan etika penggunaan media digital, orang tua dapat membantu anak-anak memahami bagaimana menggunakan media secara bertanggung jawab dan memaksimalkan manfaatnya. Komunikasi dua arah yang asik antara orang tua dan anak juga menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak di era digital ini.
Dengan berbagai kampanye komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman orang tua, diharapkan akan terjadi perubahan positif dalam cara orang tua mendampingi anak-anak mereka dalam menggunakan media digital.
Penulis: Faiza Rayyana Zhafira, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas.