![]() |
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas/Dok. Ist. |
Namun, berbeda dengan Nahdlatul Ulama yang menunggu keputusan pemerintah dari hasil sidang isbat.
Sebelumnya ramai diberitakan, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengusulkan sidang isbat penentu awal bulan Hijriah ditiadakan. Hal itu dinilainya untuk menghemat anggaran negara.
“Dengan tidak mengadakan isbat, lebih menghemat anggaran negara yang secara keuangan sedang tidak baik-baik saja,” kata Mu’ti, Jumat (8/3/2024).
Saat menanggapi hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menegaskan, sidang isbat tetap perlu diadakan. Sebab, sudah menjadi rutinitas yang digelar oleh pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag).
“Sidang isbat sudah menjadi ketentuan pemerintah. Untuk menghapus itu butuh waktu panjang,” kata Gus Yahya dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (9/4/2024).
Dia menilai hal itu tidak mungkin terjadi. Kalau sidang isbat sampai tidak ada, PBNU akan melakukan protes kepada Kemenag.
“Kalau kemenag meniadakan mungkin kami protes juga karena tiba-tiba. Sidang isbat ini diadakan agar harmoni masyarakat terjaga,” ujar Gus Yahya.
Dia mengaku justru merasa heran kenapa Muhammadiyah bisa punya usulan ingin menghapus sidang isbat. Padahal sepengetahuannya, dulu yang mengusul pertama kali diadakannya sidang isbat dalam penentuan bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah adalah dari Muhammadiyah. Namun kini mereka juga yang menentangnya.
“Setau saya dulu yang usul Muhammadiyah,” ucap Gus Yahya.
Walau pun begitu, Nahdlatul Ulama tetap akan mengikuti pemerintah dalam penentuan awal Ramadan. Begitu pun dengan bulan Syawal, dan Zulhijjah.
“Tapi kami tetap berpegangan awal Ramadan menyandarkan diri kepada pemerintah. Karena ada aturan jangan mengumumkan waktu yang berbeda dari pemerintah, jadi kami menunggu hasil pemerintah,” katanya.
NU memprediksi 1 Ramadan 1445 H itu jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Ini diungkapkan Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH Sirril Wafa.
“Jadi langkah ikmal/istikmal Syaban sebagaimana tertulis di almanak PBNU sudah benar. Insyaallah fix 1 Ramadan 1445 H bertepatan dengan 12 Maret 2024 M,” ujar KH Sirril Wafa.
NU mengacu pada hasil hisab posisi hilal tanggal 29 Syaban. Yaitu dengan kriteria acuannya adalah imkanur rukyat hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS). Penetapan pastinya menunggu pengamatan hilal sesuai sidang isbat Kemenag pada 10 Maret 2024.
(YRn)