![]() |
Masyarakat sedang membeli daging disalah satu lapak pedagang, Minggu (10/03/2024), Liputanesia/Hengki. |
Kota Langsa - Menyambut bulang suci Ramadhan, para pejagal lembu atau sapi membuka lapak di lokasi yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah pada meugang pertama ini harga daging has mencapai Rp.160 ribu perkilonya, Minggu (10/03/2024).
Amatan wartawan Liputanesia.co.id dilokasi, terdapat puluhan lapak pedagang yang menjual daging, ada yang motong dua ekor, ada lapak yang motong tiga sapi, bahkan lebih.
Rudiansyah, salah satu penjual daging yang bersedia diwawancarai mengatakan bahwa lapak tempat ia berjualan memotong dua ekor lembu.
“Hari ini pada meugang pertama, tadi malam kami sudah memotong dua ekor lembu untuk dijual,” ucap Rudi sapaan akrabnya.
Adapun yang disajikan dilapak dan harga untuk dijual yaitu; Daging has Rp.160.000 perkilo, Daging no 2 Ro.150.000, Iga Rp.100.000 perkilo, Jeroan Rp.50.000 perkilo, Babat Rp.50.000 pekilo, sedangkan Hati atau Paru Rp.150.000 perkilonya, jelas Rudi.
Salah seorang pembeli daging Serik, mengatakan kebahagiaanya di hari meugang pertama saat berbelanja daging untuk disantap bersama keluarga.
"Berbelanja daging di hari meugang satu kebahagiaan buat saya, karena hari ini biasanya hampir seluruh masyarakat keluar dan berbelanja daging. Jadi ada suasana yang berbeda," kata Serik tersenyum.
Meski harga daging yang ditawarkan pada hari ini terbilang lebih mahal dari hari biasa, namun ia tidak mempermasalahkannya karena nuansa yang didapatkan berbanding jauh juga dengan hari biasanya.
Sebab baginya meugang memiliki arti sendiri, selain tradisi berbelanja daging dan makan bersama keluarga, tradisi yang sudah menjadi turun temurun meugang di Aceh juga menjadi hari silahturahim, ungkap Serik.
"Berbelanja daging di hari meugang satu kebahagiaan buat saya, karena hari ini biasanya hampir seluruh masyarakat keluar dan berbelanja daging. Jadi ada suasana yang berbeda," kata Serik tersenyum.
Meski harga daging yang ditawarkan pada hari ini terbilang lebih mahal dari hari biasa, namun ia tidak mempermasalahkannya karena nuansa yang didapatkan berbanding jauh juga dengan hari biasanya.
Sebab baginya meugang memiliki arti sendiri, selain tradisi berbelanja daging dan makan bersama keluarga, tradisi yang sudah menjadi turun temurun meugang di Aceh juga menjadi hari silahturahim, ungkap Serik.