Iklan

Iklan 970x250

,

Iklan

Konflik Gajah Karang Ampar Berlanjut, Satu Ekor Gajah Sumatera Ditemukan Warga Tewas Mengenaskan

Redaksi
10 Jun 2023, 20:49 WIB Last Updated 2024-09-09T17:41:40Z

Aceh Tengah - Konflik berkepanjangan antara gajah dan penduduk Kampung Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah sepertinya semakin tidak berkesudahan, setelah sebelumnya pernah ditemukan beberapa kali kasus gajah mati dan juga kasus warga yang tewas menggenaskan akibat diinjak oleh hewan bertubuh besar ini, kali ini kembali warga menemukan seekor gajah betina tewas terjungkang di perkebunan warga, Sabtu (10/06/23).

Idi (50 tahun) salah seorang warga setempat yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun (Kadus) Tangak adalah orang pertama yang menemukan bangkai gajah betina tersebut, karena berdasarkan lokasi bangkai gajah yang sudah mulai membusuk ini terletak di perkebunannya.

Kepada Liputanesia, Idi mengaku mengetahui keberadaan bangkai gajah tersebut sejak dua hari yang lalu, saat ia hendak mengontrol tanaman pohon aren yang ada diperkebunan tersebut.

Seperti diketahui, konflik antara Poe Meurah sebutan gajah dalam istilah bahasa Aceh dan Abang Kul dalam bahasa Gayo dengan masyarakat kampung penghujung Kabupaten Aceh Tengah ini sudah berlangsung sekutar 10 tahun silam, tepatnya sejak tahun 2013 bertepatan dengan tahun musibah gempa dasyat yang melanda kawasan Kecamatan Ketol saat itu.

Dampak dari konflik antara hewan bernama latin Elephas Maximus Sumatrensis dengan warga Karang Ampar ini sudah menewaskan kurang lebih sekitar 3 ekor gajah liar dan juga satu korban jiwa manusia yang tewas menggenaskan setelah diinjak kawanan gajah liar tersebut. Selain itu, ratusan hektar kebun beserta rumah singgah milik warga porak poranda diamuk kawanan gajah liar tersebut hingga menimbulkan trauma pada wanita dan anak-anak.

Kendati sebegitu dasyatnya dampak dari konflik tersebut, namun warga mengeluhkan inisiatif penanganan konflik ini dari Pemda setempat, menurut warga Pemda terkesan tutup mata dengan duka nestapa yang mereka alami, hal ini masih menurut warga tergambar dengan sikap apatis Pemda yang seperti tidak peduli terkait masalah ini, meski warga sudah acap kali melakukan demo baik ke Kantor Bupati maupun ke Kantor DPRK setempat.

Sopyan (65 tahun) Ketua Rakyat Genap Mufakat (RGM) Kampung Karang Ampar secara gamblang mengatakan ia mewakili masyarakat merasa sangat kecewa dengan sikap Pemerintah Aceh Tengah yang hingga saat ini belum memberikan satu solusi pasti terkait penangan masalah ini, disamping itu, Sopyan juga menyesalkan keputusan pihak World Wide Found (WWF) lembaga konservsi dunia yang dianggap mengklaim secara sepihak bahwa Kampung Karang Ampar adalah kawasan gajah.

"Kami selaku masyarakat sangat kecewa dengan sikap pemerintah yang tidak perduli dengan nasib kami yang sudah berpuluh tahun berkomplik dengan kawanan gajah liar ini, ratusan hektar kebun kami punah diamuk kawanan gajah dan sudah satu orang warga kami teewas diinjak gajah, tapi pemerintah hanya diam, jangankan memberi bantuan, datang untuk mencari solusi saja tidak," ujar Sopyan dengan mata berkaca-kaca.

Penderitaan kami belum berakhir, lanjut Sopyan, kami sangat terpukul dan kecewa atas klaim sepihak oleh WWF yang mengatakan bahwa Kampung yang sudah dihuni oleh leluhur kami sejak ratusan tahun silam ini adalah kawasan gajah.

"Atas dasar apa mereka mengklaim kampung kami masuk dalam kawasan gajah, sementara leluhur kami sudah menghuni kampung ini sejak ratusan tahun silam, perlu dipertanyakan apakah duluan nenek moyang kami tinggal disini atau duluan WWF itu terbentuk," imbuh Sopyan.

Sementara itu, Kepala Desa (Reje - Red) Karang Ampar, Saleh Kadri yang ditemui dilokasi bangkai gajah ditemukan, kepada Liputanesia mengatakan kematian gajah ini merupakan kasus kesekian kalinya yang ditemukan dikawasan tersebut. Ia mengaku sudah kehabisan akal dalam memohon kepada pemerintah, baik kabupaten, provinsi maupun nasional guna untuk mendapatkan solusi dalam penanganan konflik antara gajah dan masyaraknya yang sudah banyak memakan korban baik materi dan korban nyawa ini.

"Saya melihat peran pemerintah dalam membantu masyarakat guna menangani konflik ada, namun tanggung atau tidak sampai tuntas, hingga kejadian ini terus berulang-ulang hingga berpuluh tahun lamanya, kami sudah berikan satu solusi yaitu penangkaran gajah dan kami sudah bebaskan 10.000 hektar lahan untuk itu, tapi hingga kini tidak ada satu pihakpun yang peduli terkait hal tersebut," ujar Saleh Kadri.

(Ama Robby)

Iklan