Hal ini dilakukan oleh puluhan masyarakat yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Aceh Tengah (MAMPAT) yang menggelar aksi demo menuntut Mendagri untuk segera mengganti Pj Bupati Aceh Tengah, Senin, (26/06/23), yang bertempat di gedung DPRK setempat.
Dalam aksi demo tersebut, ada beberapa point yang disampaikan oleh para pendemo yang mana point-point tersebut merupakan sebagai alasan mereka untuk menuntut Mendagri memulangkan Mirzuan ke asalnya dan segera mengganti Pj Bupati Aceh Tengah dengan orang yang dianggap mengerti kondisi dan keadaan Aceh Tengah.
Diantara point tersebut adalah, penggeseran peringatan hari lahirnya Pancasila oleh Pj bupati dari yang seharusnya tanggal 01 Juni menjadi tanggal 05 Juni 2023 kemarin.
"Dimana-mana di seluruh Indonesia semua memperingati hari lahir Pancasila tanggal 01 Juni, tapi Mirzuan malah menggeser menjadi tanggal 05 Juni, ini merupakan perbuatan yang sangat semena-mena dari seorang Pj bupati yang mana kami takut peringatan HUT RI yang jatuh pada tangga 17 Agustus nanti juga akan dia geser lagi," ujar koordinator aksi demo, Zunrupan Daman dalam orasinya.
Selain itu, Mirzuan juga dianggap tidak peduli terhadap kondisi dan keadaan Aceh Tengah saat ini, dimana masalah sampah yang tidak terselesaikan hingga saat ini, demikian juga dengan carut marut masalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan juga suplai air PDAM Tirta Tawar yang banyak mendapat kecaman dari masyarakat, namun tidak ada perbaikan pelayanan.
"Mirzuan tidak peduli dengan kondisi kami masyarakat Aceh Tengah, padahal dia Pj Bupati Aceh Tengah, dia lebih sering pelesiran keluar daerah dari pada memikirkan nasib kami di dataran tinggi gayo ini," ujar orator lainnya dalam penyampaian orasinya pada aksi demo tersebut.
Tidak hanya itu, masalah matinya seekor gajah di Kampung Karang Ampar Kecamatan Ketol, dimana hingga kini bangkai gajah tersebut belum juga ditanam, hingga warga selain bertarung dengan amukan kawanan gajah liar, juga harus berjuang dengan bau busuk yang menyengat akibat bangkai gajah tersebut tidak kunjung ditanam.
"Gajah mati di Karang Ampar, bangkainya sudah menimbulkan bau yang menyengat, tapi Pj bupati seperti tidak peduli dan tidak mampu mengambil sikap terkait penguburan bangkai gajah tersebut, malah dia lebih memilh jalan-jalan keluar daerah, bahkan kadang dalam 1 bulan, Mirzuan hanya 10 hari berada di Takengon, selebihnya pelesiran," lanjut sang orator.
Sementara itu, Ketua DPRK Aceh Tengah, Arwin Mega yang saat itu didampingi beberapa anggota DPRK, seperti, Khairul Ahadian, Syamsudin, Fauzan dan Muhsin Hasan dan juga Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama dan juga Ketua Mahkamah Syariah dalam kesempatan itu menyampaikan rasa keterbukaan terhadap masyarakat yang menggelar aksi demo hari itu.
Mega, panggilan akrab Arwin Mega mengatakan, pihaknya akan menerima dan menampung segala aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat yang menyampaikan aspirasinya dalam kesempatan demo tersebut.
Lebih lanjut, Mega mengajak para pendemo untuk berdiskusi diruang paripurna gedung DPRK.
"Kami sangat terbuka dan menerima saudara-saudara yang menyampaikan tuntutannya dalam aksi demo hari ini, mari kita sama-sama duduk berdiskusi didalam," ujar Arwin.
Berdasarkan pantauan, demo yang diikuti puluhan peserta berjalan aman dan tertib dibawah pengawalan ratusan anggota kepolisian dari Polres Aceh Tengah.
(Ama Robby)