Liputanesia.co.id, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR IPT) menargetkan terwujudnya teknologi kendaraan bus listrik berukuran sedang pada tahun 2024. “Target untuk teknologi kendaraan listrik sampai dengan tahun 2024 adalah kendaraan bus listrik ukuran sedang.
Saat ini, kami berfokus di kendaraan listrik otonom dan pengembangan baterai untuk kendaraan listrik, yang nantinya diharapkan berlisensi Indonesia, dan ini sudah masuk Prioritas Riset Nasional (PRN), sebagai upaya pemerintah menuju emisi bebas karbon pada tahun 2060,” ungkap Plt. Kepala OR IPT, Agus Haryono, dalam Webinar Riset BRIN secara daring, Senin (13/12).
Teknologi kendaraan listrik merupakan 1 dari 4 program yang tertuang dalam Rumah Program (RP) OR IPT di tahun 2022.Tiga teknologi lainnya, yaitu alat dan deteksi kesehatan, teknologi tepat guna, dan teknologi material maju.
Untuk RP teknologi tepat guna, lanjut Agus, fokusnya selama ini pada produk pertanian dan pangan, namun diharapkan tahun 2022 juga berfokus kepada sektor energi, mineral, dan transportasi. “Diharapkan dengan era industri 4.0, BRIN dapat mengembangkan sistem otomasi dari peralatan-peralatan yang dibutuhkan masyarakat melalui teknologi tepat guna,” tambahnya.
Sedangkan untuk RP material maju, Agus berharap, para peneliti dapat menghasilkan kekayaan intelektual dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) berbasis teknologi lokal, dengan meningkatkan nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan SDA aslinya. Pengembangan material maju dilakukan mulai dari bahan baku material, pertambangan, smelter, pemurnian, ekstraksi menjadi material, rekayasa material, hingga desain manufaktur, sehingga menghasilkan suatu produk termasuk analisis dampaknya bagi lingkungan.
Periset BRIN Terima Royalti Ratusan Juta dari Inovasi Alkes
Untuk RP Alkes dan deteksi kesehatan, Agus mengatakan, di masa pandemi seperti saat ini, hasil-hasil riset sangat ditunggu oleh masyarakat. “Kemenkes menginginkan agar alat-alat yang digunakan oleh fasilitas kesehatan diganti dari produk dalam negeri,” lanjutnya.
Produk inovasi alat kesehatan yang telah dimanfaatkan industri melalui kerja sama lisensi 2020 – 2021, diantaranya produk alat terapi oksigen beraliran tinggi dan alat penghancur jarum suntik.
Produk alat terapi oksigen beraliran tinggi, menurut Agus merupakan pencapaian luar biasa karena dapat menghasilkan penerimaan negara lebih dari 2 miliar. “Ini sangat luar biasa, penerimaan negera dari royalti sebesar 3 persen mencapai 2,75 miliar, imbalan kepada inventor yang diterima mencapai 454 juta dalam 1 tahun. Ini berkali-kali saya tekankan, jangan takut jadi periset, royalti yang diterima bisa sangat besar,” ungkap Agus.